Jumat, 03 Maret 2017

SIROH NABAWI Sarang Laba-Laba

MATERI 167 JILID 5



Sahabat fillahku, ketika mereka keluar kota dan menjajaki beberapa jalan, sang pencari jejak menemukan jejak mencurigakan. Kemudian, satu kelompok pasukan berkuda mengikuti jejak itu sampai tiba di kaki Gunung Tsur. Namun, disitu jejak terputus. Mereka kebingungan.

"Ke mana arah kita? Ke kanan atau le kiri?" tanya komandan pasukan. "Apakah Muhammad masuk ke dalam gua itu atau terus mendaki ke puncak?"

"Aku tidak tahu," geleng si Pencari Jejak. Namun, lewatlah seorang gembaladan mereka menanyainya. "Mungkin saja mereka ke dalam gua itu," jawab sang gembala. "Tapi aku tidak melihat ada orang yang menuju ke sana."

Di dalam gua, keringat dingin Abu Bakar keluar mendengarnya, "Bagaimana kalau mereka sampai masuk ke sini? Bukan keselamtanku yang kukhawatirkan, melainkan keselamatan Rasulullah!" kata Abu Bakar dalam hati.

Beberapa pemuda naik dan melongok-longok ke mulut gua. Jantung Abu Bakar hampir lepas. Ia berbisik, "Ya Rasulullah, kalau ada yang menengok ke bawah, pasti kita akan terlihat."

Rasulullah menjawab mantap, "jangan takut Abu Bakar, sesungguhnya Allah bersama kita."

Para pemuda itu turun, kembali ke pasukannya.

"Mengapa kalian tidak masuk ke dalam gua?" tanya komandan mereka dingin.

"Gua itu tertutup sarang laba-laba! Tidak mungkin Muhammad masuk ke dalam tanpa merusaknya!"

"Lagi pula ada dua ekor merpati hutan bersarang tepat di mulut gua!" lapor yang lain. "Jika Muhammad masuk ke dalam, sarang itu juga pasti akan rusak."

Komandan pasukan mengalihkan mukanya ke arah lain sambil menghela napas, "Baiklah, naik kudamu!  Kita cari ke arah lain!"

Pasukan pun menjauh.

Sahabat fillahku, sarang laba-laba dan burung merpati yang menutupi gua itu adalah pertolongan yang diberikan Allah. Padahal sebelum Rasulullah dan Abu Bakar masuk, tak ada laba-laba dan burung merpati yang bersarang. Selain laba-laba dan burung merpati, di mulut gua juga mendadak tumbuh sebatang pohon yang menghalangi sebagian jalan masuk. Di dalam, Abu Bakar menarik napas lega. Keimanannya kepada Allah dan Rasul-NYA semakin bertambah kuat.



  • Catatan Tambahan


Perjuangan Anak Muda

Abdullah bin Abu Bakar  dan saudarinya, Asma binti Abu Bakar, masih muda ketika mereka membantu hijrah Rasulullah dan ayah mereka. Abdullah bertugas mencari berita di tengah kaum Quraisy, sedangkan Asma mengirimkan makanan ke gua. Itulah ciri khas para pemuda Muslim sepanjang zaman. Mereka tidak hanya tekun beribadah ritual, tetapi juga mengerahkan seluruh kesanggupanya untuk berjuang.


Kisah diambil dari buku Muhammad Teladanku Jilid 5

MATERI 167 JILID 5


Semoga Bermanfaat....