Kamis, 15 Maret 2012

Strategi Rasulullah Dalam Perang Khandaq



Ketika secara serantak dari arah selatan mengalir pasukan yang terdiri dari Quraisy, Kinanah dan sekutu-sekutu mereka dari penduduk Tihamah dibawah komando Abu Sufyan. Jumlah mereka ada empat ribu prajurit. Abu sulaiman di Marr Azh-Zhahran juga ikut bergabung bersama mereka sedangkan dari arah timur ada kabilah-kabilah Ghathafan, yang terdiri dari Bani Fazahan yang dipimpin Uyainah bin Hishn, Bani Murah yang dipimpin Al-Harist bin Auf, Bani Asyja’ yang dipimpin Mis’ar bin Rukhailah, Bani As’ad dan lainnya.
Semua golongan tersebut bergerak kearah Madinah secara serentak seperti yang telah disepakati sebelumnya. Dalam beberapa hari saja disekitar madinah telah menjadi lautan pasukan musuh, jumlahnya mencapai 10.000 prajurit. Jika pasukan itu melakukan serangan secara tiba-tiba dan serentak, maka sulit dibayangkan apa yang akan terjadi dengan eksistensi kaum muslim. Tatapi model kepemimpinan Madinah tak pernah terpejam sekejap pun. Segala faktor dipertimbangkan secara masak dan segala gerakan tidak lepas dari pantauan. Sebelum pasukan musuh beranjak dari tempatnya, informasi tentang rencana mereka telah terdengar di Madinah.
Berdasarkan informasi tersebut Rasulullah swa segera menyelengarakan majelis tinggi permusyawaratan untuk menampung rencana pertahanan di Madinah. Setelagh berdiskusi panjang diantara anggota majelis permusyawaratan mereka sepakat menlaksanakan usulan yang disampaikan seorang sahabat yang bernama Salman Al-Farisi. Dia berkata “ wahai Rasulullah dulu jika kami orang-orang Persia sedang dikepung musuh, maka kami membuat parit di sekitar kami”. Ini merupakan langkah yang bijaksana yang sebelumnya belum dikenal orang-orang Arab. Maka Rasulullah dan para sahabat segera melaksanakan rencana tersebut untuk mengali parit sepanjang empat puluh hasta.
Pasukan Quraisy yang berkekuatan 4.000 personil tiba di Mujtama’ul Asyal bilang Rumat tepatnya antara Juruf dan Za’abah. Sedangkan kabilah Ghathafan dan penduduk Najd yang berkekuatan 4.000 personil tiba di Dzanab di dekat Uhud.
Rasulullah keluar rumah dengan kekuatan 3.000 personil. Dibelakang punggung mereka ada gunung Sal’un dan dapat dijadikan pelindung. Sedangkan parit membatasai posisi mereka dengan pasukan musuh. Madinah diwakilkan kepada Ibnu Ummi Maktum. Para wanita dan anak-anak ditempatkan dirumah khusus sebagai pelindung bagi mereka.
Pada saat orang-orang musyrik yang hendak melancarkan serangan untuk menyerang Madinah, ternyata mereka harus berhadapan dengan parit. Karena itu mereka memutuskan untuk mengepung Madinah. Mereka hanya bisa berputar-putar didekat parit dan terus menerus mencari titik lemah yang bisa dimanfaatkan. Sedangan kaum Muslim terus mengawasi gerak-gerik mereka dan juga melontarkan anak panah agar mereka tidak mendekati parit apalagi melewatinya ataupun menimbun parit untuk dijadikan jalan penyeberangan.
Ketika kaum Muslim sibuk mengatasi serangan dari kaum Quraisy, ketika itu juga orang-orang Yahudi yang berada di Madinah bangkit untuk menyerang orang-orang Muslim. Itu merupakan posisi yang sangat rawan yang pernah mereka hadapi antara Kaum Muslim dan Yahudi Bani Quraizhah tidak ada penghalang sedikitpun andaikan mereka menyerang dari belakang. Sementara itu didepan mereka terdapat pasukan musuh yang tidak mungkin ditinggalkan. Sementara tempat penampungan wanita dan anak-anak tidak jauh dari posisi Bani Quraizhah yang berkhianat, tanpa pasukan penjaga.
Dalam situasi seperti itu kemudian ada seorang dari Ghathafan yang bernama Nu’aim bin Mas’ud bin Amir Al Asyja’i yang menemiu Rasulullah seraya berkata “Wahai Rasulullah sesungguhnya aku telah masuk islam. Sementara kaum ku tidak mengetahui keislamanku ini. Maka peraintahkan kepadaku apa yang engkau kehendaki.”
“Engkau adalah orang satu-satunya” sabda beliau “berilah pertolongan kepada kami menurut kesangupanmu karena peperangan ini adalah tipu muslihat.”
Kemudian Nu’aim bin Mas’ud bin Amir Al Asyja’i pergi memperdayai Bani Quraizhah dan kaum Quraisy untuk menciptakan perpecahan diantara mereka dan usahanya pun berhasil, sehingga Bani Quraizhah kembali memihak kepada kaum Muslim.
Allah mendengar doa Rasulullah dan kaum Muslim. Setelah muncul perpecahan di barisan orang-orang musyrik dan mereka bisa diperdayai, Allah mengirimkan pasukan berupa angin taupan kepada mereka hingga kemah-kemah mereka porak-poranda. Tiada satu pun yang tegak melinkan ambruk, tiada yang menancap melaikan tercabut dan tidak ada suatu yang bisa berdiri tegak ditempatnya. Allah juga mengirimkan pasukan malaikat yang membuat mereka menjadi gentar dan kacau, menyusup ketakutan kedalam hati mereka.
Pada keesokan harinya Rasulullah mendapati musuh sudah diusur oleh Allah dan hengkang dari tempatnya tanpa membawa keuntungan apapun.

2 komentar: